Rabu, 02 September 2015

Ngono Ya Ngono, Ning Aja Ngono

Ngono Ya Ngono, Ning Aja Ngono. Artinya ngono ya ngono (begitu ya begitu), ning aja ngono (tetapi jangan begitu). Nasihat ini merupakan peringatan bagi kita agar tidak berbuat sesuatu yang berlebihan, sehingga akan menimbulkan permasalahan baru dikemudian hari yang tidak terduga serta memberikan masalah bagi orang lain. 


Intinya jangan berbuat dan bertindak sesuka hati tanpa mempertimbangkan orang lain. Segala perbuatan harus dipertimbangkan dengan masak, karena jika nantinya berlebihan akan mendapatkan teguran dan balasan karena perbuatan tersebut bisa saja merugikan orang lain.

Contoh sederhana, jika dalam rumah tangga terjadi pertengkaran, hendaknya jangan sampai menggangu tetangga apalagi sampai terjadi perkelahian, nah tentu saja akan merepotkan tetangga dekat kita. Mereka yang tidak tahu permasalahan mau tidak mau harus terlibat.

Senin, 31 Agustus 2015

Ajining Dhiri Dumunung Ing Lathi, Ajining Raga Saka Busana

Ajining Dhiri Dumunung Ing Lathi, Ajining Raga Saka Busana. Artinya Ajining dhiri dumunung ing lathi (nilai pribadi terletak di bibir), ajining raga saka busana (nilai raga tercermin dari pakaian). Terjemahan bebasnya, nilai pribadi seseorang ditentukan oleh ucapan atau kata-katanya, sedangkan nilai penampilan sering diukur dari busana atau pakaian yang dikenakannya.


Nasihat diatas merupakan nasihan pada kita agar berhati hati terhadap tutur kata yang kita ucapkan, karena apa saja yang kita ucapkan dari mulut kitas, akan didengarkan, diperhatikan dan dipercaya oleh orang lain. Sehingga apabila kita sering berucap kebohongan, maka lama kelamaan orang lain akan kehilangan kepercayaan kepada kita. Seperti juga ketika kita sering mengucapkan kata kata menyakitkan orang lain, maka lama kelamaan kita akan kehilangan persahabatan, hal ini karena perkaatan kita yang menyakiti orang lain.

Selain ajining dhiri dumunung ing lathi, nilai seseorang juga dapat ditentukan oleh pakaiannya. Di dalam Jawa pakaian bukan saja sekedar penutup aurat, namun juga tolok ukur penampilan seseorang. Misalnya ketika menghadiri sebuah acara perkawinan dengan hanya mengenakan pakaian ala kadarnya, tentu akan menjadi rerasan, dianggap tidak menghargai yang punya hajat. Karenanya sebaiknya kita harus menyesuaikan diri penampilan kita sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. 

Minggu, 30 Agustus 2015

Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisaa Rumangsa

Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisa Rumangsa artinya aja rumangsa bisa (jangan merasa bisa), nanging bisaa rumangsa ( tetapi tahu diri / sadar diri sesuai kemampuan). Ini adalah nilai sebagai wujud kesombongan dan kebohongan, sebab hasil kerja seperti ini biasanya tidak sebaik yang dijanjikan. Dalam peribahasa ini, "merasa bisa" dianggap sebagai sikap yang gegabah. Sebab "merasa bisa" belum tentu bisa. Lebih berbahaya lagi jika diri merasa bisa kemudian mengaku bisa, dan berani mengatakan bisa. Sifat seperti itu dianggap buruk. Seandainya yang bersangkutan dipercaya melaksanakan pekerjaan yang dirasanya bisa dan ternyata gagal, nantinya akan memalukan dan merugikan semua pihak.

Bisa rumangsa berarti tahu diri yaitu berani berkata tidak bisa, atau mengakui ketidak bisannya atau mengukur kesadaran diri akan kemampuannya dalam mengerjakan sesuai kemampuan yang dimiliki. Dengan mengamalkan sifat seperti itu, pribadi yang bersangkutan akan memperoleh ketentraman dan ketenangan hidup di lingkungannya. Ia akan dinilai sebagai orang yang jujur, tidak sombong dan mampu menyesuaikan diri dengan baik di masyarakat.

Kamis, 27 Agustus 2015

Aja Ngomong Waton, Nanging Ngomonga Nganggo Waton

Aja Ngomong Waton, Nanging Ngomonga Nganggo Waton. Artinya, aja ngomong waton (jangan asal berbicara), nanging ngomongo nganggo waton (tetapi bicaralah dengan menggunakan patokan atau alasan yang jelas). Peribahasa tersebut merupakan ajakan untuk berbicara dengan tidak ngawur atau ngayawara. Usahakan setiap pembicaraan benar-benar memiliki landasan atau alasan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebab jika hanya asal bicara, bisa-bisa akan disamakan dengan “orang gila”. Peribahasa ini biasanya untuk mengingatkan kepada orang yang suka menjelek-jelekkan orang lain, menganggap buruk atau salah terhadap hal-hal yang sesungguhnya tidak dimengerti atau sok tahu.


Untuk menjaga hubungan baik dengan orang lain, setiap tutur kata kita perlu jaga, dicermati, diatur sebaik baiknya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman dan rasa tidak senang dari lawan bicara kita. Jika ada masalah jangan dibesar besarkan, terlebih jika tidak tahu duduk persoalannya. Bagaimana[un setiap kata dan kalimat yang keluar dari mulut kita akan didengar dan diperhatikan oleh orang lain. Dengan tutur kata yang baik seseorang dapat memperoleh kepercayaannya.